PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN CBSA

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN
MELALUI PENDEKATAN CBSA

Oleh:
Faikaturrahma
NPM: 13862061A000168
(Mahasiswa Prodi PGSD/IID STKIP PGRI Sumenep)

Abstrak
Proses pembelajaran pada hakikatnya merupakan interaksi belajar dan mengajar yang melibatkan beberapa unsur, khususnya antara guru dan siswa.Pembahasan dalam artikel ini berisi tentang pengertian pendekatan belajar aktif yang merupakan pendekatan dalam pengelolaan sistem pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar yang mandiri. Peran serta siswa (peserta didik) dan guru dalam konteks belajar aktif menjadi sangat penting. Guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu memudahkan siswa belajar, sebagai narasumber yang mampu mengundang pemikiran dan daya kreasi siswa, sebagai pengelola yang mampu merancang dan melaksanakan kegiatan belajar bermakna, dan dapat mengelola sumber belajar yang diperlukan.Selain itu, Prinsip pendekatan CBSA mendasarkan pada kegiatan-kegiatan yang menggambarkan tingkat keterlibatan siswa dalam proses belajar-mengajar baik intelektual-emosional maupun fisik. Prinsip-prinsip CBSA terdiri dari dimensi subjek didik, dimensi guru, dimensi program dan dimensi situasi belajar mengajar. Selain hal di atas, artikel ini juga membahas tentang strategi pendekatan cara belajar siswa aktif yang terdiri dari refleksi, pertanyaan siswa, rangkuman, pemetaan kognitif serta menuntut guru bekerja secara profesional.

Kata Kunci : Strategi, Pembelajaran, dan CBSA

Abstract
The learning process is basically learning and teaching interactions involving multiple elements, especially between teachers and students. The discussion in this article contains the definition of an active learning approach is an approach to learning management system through means of active learning towards independent learning. The participation of students (learners) and teachers in the context of active learning is very important. Teachers play an active role as a facilitator who helps facilitate student learning, as a resource that is able to invite thought and creativity of students, as a manager who is able to design and implement meaningful learning activities, and can manage the necessary learning resources. In addition, the CBSA principle approach based on activities that illustrate the level of student involvement in the learning process both intellectually-emotionally and physically. CBSA principles consist of dimensions subject students, teachers dimensions, dimensions and dimensional program of teaching and learning situations. In addition to the above, this article also discusses the strategy of active student learning approach consisting of reflections, student questions, summaries, cognitive mapping and requires teachers to work in a professional manner.

Key words : Learning, Strategies, and CBSA

A. Pendahuluan
Pembelajaran merupakan suatu proses atau upaya menciptakan kondisi belajar dalam mengembangkan kemampuan minat dan bakat siswa secara optimal, sehingga kompetensidan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Di dalam proses pembelajaran, terjadi interaksi belajar dan mengajar dalam suatu kondisi tertentu yang melibatkan beberapa unsur, baik unsur ekstrinsik maupun intrinsik yang melekat pada diri siswa dan guru, termasuk lingkungan. Dalam konteks pembelajaran, sama sekali tidak berarti memperbesar peranan siswa di satu pihak dan memperkecil peranan guru di pihak lain. Dalam pembelajaran, guru tetapharus berperan secara optimal, demikian juga halnya dengan siswa. Proses pembelajaran melibatkan terbagi kegiatan dan tindakan yang perlu dilakukan oleh siswa untuk memperoleh hasil belajar yang baik. Kesempatan untuk melakukan kegiatan dan perolehan hasil belajar ditentukan oleh pendekatan yang digunakan oleh guru-siswa dalam proses pembelajaran tersebut.
Dalam kegiatan pembelajaran kita tidak lepas dari istilah pendekatan, yang kemudian lebih dikenal dengan pendekatan pembelajaran. Pendekatan memiliki pengetahuan yang berbeda dengan strategi, pendekatan bersifat filosofis paradigmatik yang mendasari aplikasi strategi dan metode. Pendekatan adalah pola/cara berpikir atau dasar pandangan terhadap sesuatu. Pendekatan dapat diimplementasikan dalam sejumlah strategi sedangkan, strategi adalah pola umum perbuatan guru-siswa di dalam perwujudan kegiatan pembelajaran.Strategi dapat diimplementasikan dalam beberapa metode.
Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran atau merupakan gambaran pola umum perbuatan guru dan peserta didik di dalam perwujudan kegiatan pembelajaran. Sedangkan strategi sendiri merupakan pola umum perbuatan guru peserta didik di dalam perwujudan kegiatan pembelajaran. Pendekatan merupakan dasar penentuan strategi yang akan diwujudkan dengan penentuan metode sedangkan metode merupakan alat yang digunakan dalam pelaksanaan strategi pembelajaran.Pendekatan pembelajaran adalah suatu titik tolak atau sudut pandang mengenai terjadinya proses pembelajaran secara umum berdasarkan cakupan teoritik tertentu.
Pendekatan Pembelajaran Aktif merupakan sebuah konsep pembelajaran yang dipandang sesuai dengan tuntutan pembelajaran mutakhir. Oleh karena itu, setiap sekolah seyogyanya dapat mengimplementasikan dan mengembangkan pendekatan pembelajaran aktif ini dengan sebaik mungkin. Dalam artikel ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), yaitu tentang (a) Pengertian Pendekatan Belajar aktif, (b) Prinsip-prinsip Pendekatan CBSA, dan (c) Strategi Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif.

B. Pengertian Pendekatan Belajar Aktif
Pendekatan Belajar Aktif adalah pendekatan dalam pengelolaan sistem pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar yang mandiri. Kemampuan belajar mandiri ini merupakan tujuan akhir dari belajar aktif (Active Learning). Untuk dapat
mencapai hal tersebut kegiatan pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar bermakna bagi siswa atau anak didik.
Pembelajaran aktif (Active Learning) mempunyai tujuanuntuk mengoptimalkan semua potensi yang dimilki oleh peserta didik, sehingga semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Pembelajaran aktif (Active Learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa atau peserta didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
Belajar aktif merupakan perkembangan teori Dewrning by Doing ( 1859 – 1952 ). Dewey sangat tidak setuju pada rote Learning “ belajar dengan Menghafal “. Dewey merupakan pendiri Dewey School yang menerapkan prinsip-prinsip “ Learning by Doing “, yaitu bahwa siswa perlu terlibat dalam proses belajar secara spontan. Dari rasa keingintahuan siswa akan hal-hal yang belum diketahuinya mendorong keterlibatannya secara aktif dalam suatu proses balajar. Belajar aktif mengandung berbagai kiat yang berguna untuk menumbuhkan kemampuan belajar aktif pada diri siswa dan menggali potensi siswa dan guru untuk sama-sama berkembang dan berbagi pengetahuan, keterampilan, serta pengalaman.
Berdasarkan pendapat di atas dapat diartikan bahwa teori rote learning” Belajar dengan menghafal “ tidak cocok dalam proses belajar mengajar karena siswa hanya dituntut untuk menghafal saja tanpa disertai dengan pemahaman terhadap materi yang diajarkan. Berbeda dengan teori Learning by Doing dimana siswa dilibatkan secara spontan dalam proses belajar mengajar. Dalam teori ini siswa didorong untuk memberikan pemahamannya terdapat materi yang diajarkan berdasarkan pemahaman masing-masing siswa. Sehingga teori ini mengandung berbagai kiat untuk menumbuhkan kemampuan dan potensi siswa dalam belajar aktif.
Peran serta siswa (peserta didik) dan guru dalam konteks belajar aktif menjadi sangat penting. Guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu memudahkan siswa belajar, sebagai nara sumber yang mampu mengundang pemikiran dan daya kreasi siswa, sebagai pengelola yang mampu merancang dan melaksanakan kegiatan belajar bermakna, dan dapat mengelola sumber belajar yang diperlukan. Itulah sebabnya guru dikatakan termasuk dalam salah satu sumber belajar karena guru merupakan orang yang mampu memberi informasi dan pengetahuan kepada siswanya. Siswa juga terlibat dalam proses belajar bersama guru karena siswa dibimbing, diajar dan dilatih menjelajah, mencari, mempertanyakan sesuatu menyelidiki jawaban atas suatu pertanyaan, mengelola dan menyampaikan hasil perolehannya secara komunikatif. Siswa juga diharapkan mampu memodifikasi pengetahuan yang baru diterima dengan pengalaman dan pengetahuan yang pernah diterimanya.
Selain itu, siswa dibina untuk memiliki keterampilan agar dapat menerapkan dan memanfaatkan pengetahuan yang pernah diterimanya pada hal-hal atau masalah yang baru dihadapinya. Dengan demikian siswa mampu belajar mandiri. Active Learning (belajar aktif) pada dasarnyaberusaha untuk memperkuat dan memperlancar Stimulus yang diberikan guru dan respons anak didik dalam pembelajaran, serta proses pembelajaran menjadi suatu hal yang menyenagkan bukan menjadi hal yang membosankan bagi mereka, sehingga mereka dapat mengingat banyak tentang pelajaran yang disampaikan oleh gurunya terhadap mereka.
Dengan demikian Strategi Active Learning (belajar Aktif ) pada anak didik dapat membantu ingatan (memori) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses, hal ini kurang diperhatikan pada pembelajaran konvensional. Dalam metode Active Learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Agar peserta didik tidak mudah lupa dengan pelajaran yang diterima sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar siswa dapat belajar secara aktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna, sedemikian rupa sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar.
Menurut T. Raka Jono (dalam Abu Ahmadi dan Prasetya Joko Tri, 2005:120) (CBSA) dapat dilihat dari dua segi, yakni dari segi siswa yang berarti bahwa CBSA merupakan proses kegiatan yang dilakukan siswa dalam rangka belajar. Aktivitas ini dapat berupa aktivitas fisik, mental, maupun keduanya. Ada juga yang lebih menekankan pada keaktifan mental, meskipun untuk mencapai maksud ini dipersyaratkan keterlibatan langsung dalam berbagai keaktifan fisik.
CBSA dilihat dari segi guru merupakan suatu strategi yang dipilih guru agar keaktifan siswa dalam kegiatan belajar berlangsung secara optimal. Untuk mencapai maksud ini guru sebelumnya telah mendesain kegiatan belajar mengajar yang meletakkan aktivitas pada subjek didik.
CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif,maupun psikomotorik. Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang dipelajari. Konsep CBSA dalam bahasa Inggris disebut student active learning (SAL).
Pendekatan CBSA adalah pendekatan pembelajaran yang menuntut keaktifan dan partisipasi subyek didik seoptimal mungkin sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif dan efisien. Dalam pendekatan ini guru tidak boleh menganggap siswa sebagai anak kecil yang tidak mungkin bisa mandiri dalam belajar, akan tetapi guru sebagai mitra siswa untuk bersama-sama aktif dalam proses pembelajaran.

C. Prinsip-Prinsip Pendekatan CBSA
Prinsip CBSA adalah tingkah laku belajar yang mendasarkan pada kegiatan-kegiatan yang nampak, yang menggambarkan tingkat keterlibatan siswa dalam proses belajar-mengajar baik intelektual-emosional maupun fisik.Prinsip-Prinsip CBSA yang nampakpada 4 dimensisebagaiberikut:
1. Dimensi subjek didik
a. Keberanian mewujudkan minat, keinginan, pendapat serta dorongan-dorongan yang ada pada siswa dalam proses belajar-mengajar. Keberanian tersebut terwujud karena memang direncanakan oleh guru, misalnya dengan format mengajar melalui diskusi kelompok, dimana siswa tanpa ragu-ragu mengeluarkan pendapat.
b. Keberanian atau keinginan untuk mencari kesempatan, untuk berpartisipasi dalam persiapan maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar-mengajar. Hal ini terwujud bila guru bersikap demokratis.
c. Kreatifitas maupun usaha siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu yang memang dirancang oleh guru. Guru hendaknya dapat memahami potensi yang dimiliki peserta didik dan juga memahami kebutuhannya, sehingga setelah memahami hal ini guru dapat memilih jenis-jenis kegiatan yang diperlukan peserta didik sebagai subjek belajar.
d. Dorongan keingintahuan yang besar pada diri siswa untuk mengetahui dan mengerjakan sesuatu yang baru dalam proses belajar mengajar.
e. Peranan bebas dalam melakukan sesuatu tanpa merasa ada tekanan dan siapapun termasuk guru dalam proses belajar mengajar. Hal ini perlu ditanamkan dalam diri peserta didik karena dapat menunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar (KBM).
2. Dimensi Guru
a. Adanya usaha dan guru untuk mendorong siswa dalam meningkatkan kegairahan serta partisipasi siswa secara aktif dalam proses belajar-mengajar. Guru harus mampu berinteraksi dengan peserta didiknya dan juga dapat memberi motivasi serta dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan memungkinkan siswa untuk aktif daalam proses belajar mengajarnya.
b. Kemampuan guru dalam menjalankan peranannya sebagai inovator dan motivator.
c. Sikap demokratis yang ada pada guru dalam proses belajar-mengajar. Hal ini sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, karena sikap demokratis adalah sikap memberi kebebasan kepada peserta didik dalam proses belajar mengajar.
d. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan cara serta tingkat kemampuan masing-masing. Sehingga diperlukan guru untuk mengetahui bahwa setiap peserta didik mempunyai banyak perbedaan, atau tidak sama antar satu dengan yang lainnya.
e. Kemampuan untuk menggunakan berbagai jenis strategi belajar-mengajar serta penggunaan multimedia. Kemampuan ini akan menimbulkan lingkungan belajar yang merangsang siswa untuk mencapai tujuan.
3. Dimensi Program
a. Tujuan instruksional, konsep serta materi pelajaran yang memenuhi kebutuhan, minat serta kemampuan siswa; merupakan suatu hal yang sangat penting diperhatikan guru.
b. Program yang memungkinkan terjadinya pengembangan konsep maupun aktivitas siswa dalam proses belajar-mengajar.
c. Program yang fleksibel (luwes); disesuaikan dengan situasi dan kondisi, dalam penentuan media dan strategi belajar mengajar sehingga peserta didik dapat memahami materi yang dipelajarinya.
4. Dimensi situasi belajar-mengajar
a. Situasi belajar yang di dalamnya terdapat komunikasi yang baik, hangat, bersahabat, antara guru-siswa maupun antar siswa sendiri dalam proses belajar-mengajar.
b. Adanya suasana gembira dan gairah pada siswa dalam proses belajar-mengajar.

D. Strategi Pendekatan cara belajar siswa aktif
Strategi yang dapat digunakan guru untuk mencapai tujuan tersebut antara lain :
1. Refleksi
Guru dapat meminta siswa untuk secara berkala merefleksikan hal-hal yang telah dipelajarinya dalam pembelajaran. Dalam tahap ini guru menjelaskan sedikit tentang materi yang telah dipelajari sebelumnya untuk melatih ingatan siswa agar tidak lupa pada materi yang telah diajarkan . Contohnya: melalui jurnal opinion paper .
2. Pertanyaan Siswa (Anak didik)
Untuk setiap pokok bahasan atau pertemuan, guru memberi tugas siswa untuk menuliskan pertanyaan-pertanyaan tentang hal-hal yang belum dipahami, atau hal-hal yang perlu dibahas bersama guru dan teman-teman siswa lainnya. Pada tahap ini diharapkan siswa untuk mengingat dan mengembangkan materi yang telah diajarkan.
3. Rangkuman
Guru dapat membiasakan siswa untuk membuat rangkuman terhadap hasil disuksi kelompok yang dilakukan dikelas atau sebagai tugas mandiri. Selain itu rangkuman tersebut juga dapat merupakan tugas untuk mengevaluasi/menilai sesuatu seperti buku, artikel, majalah dan lain-lain berdasarkan prinsip-prinsip yang telah dipelajarinya dalam pembelajaran. Dengan demikian siswa bisa memiliki gambaran terhadap materi yang diajarkan dan siswa dapat menjelaskan kembali materi yang telah dijelaskan berdasarkan pemahaman mereka masing-masing.
4. Pemetaan Kognitif
Pemetaan kognitif adalah alat untuk membuat siswa aktif belajar tentang konsep-konsep (reposisi) dan skemanya. Pemetaan kognitif juga dapat digunakan untuk menumbuhkan proses belajar aktif siswa. Untuk dapat merancang kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif dan menantang siswa secara intelektual, diperlukan guru yang mempunyai kreativitas dan profesionalisme yang tinggi.
Belajar aktif memperkenalkan cara pengelolaan kelas yang beragam tidak hanya berbentuk kegiatan belajar klasikal saja. Kegiatan belajar klasikal (ceramah) masih tetap digunakan agar guru dapat memberi penjelasan tentang materi pelajaran dengan jelas dan baik. Namun kegiatan belajar klasikal bukan merupakan satu-satunya model pengelolaan kelas. Masih banyak bentuk kegiatan lainnya seperti belajar kelompok, kegiatan belajar berpasangan, dan kegiatan belajar perorangan.
Masing-masing bentuk kegiatan mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing. Guru perlu memilih bentuk kegiatan yang paling tepat berdasarkan tujuan intruksional kegiatan yang telah ditetapkan. Bentuk kegiatan yang dipilih hendaknya mampu merangsang siswa untuk aktif secara mental, sekaligus mencapai tujuan instruksional yang ditetapkan. Belajar aktif mensyaratkan pemanfaatan sumber belajar yang beraneka ragam secara optimal dalam proses belajar. Sumber belajar yang dapat dimanfaatkan tidak hanya terbatas pada sumber belajar yang ada di lingkungan sekolah saja, seperti guru, teman, laboratorium, studio, dan perpustakaan saja. Namun juga pada sumber belajar yang ada di luar sekolah, seperti komunitas masyarakat, objek/tempat tertentu media, gejala alam, narasumber setempat seperti pemuka agama dan pemuka adat. Pemanfaatan sumber belajar yang beranekaragam secara optimal merupakan titik tolak kegiatan pembelajaran yang bervariasi dan menantang siswa.
Melalui pendekatan belajar aktif, siswa diharapkan akan mampu mengenal dan mangembangkan kapasitas belajar dan potensi yang mereka miliki. Di samping itu siswa secara penuh dan sadar dapat menggunakan potensi sumber belajar yang terdapat di lingkungan sekitarnya, lebih terlatih untuk berprakarsa, berpikir secara sistematis, kritis dan tanggap, sehingga dapat menyelesaikan masalah sehari-hari melalui penelusuran informasi yang bermakna baginya.
5. Belajar aktif menuntut guru bekerja secara profesional
Selanjutnya, Belajar Aktif menuntut guru bekerja secara profesional, mengajar secara sistematis, dan berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif dan efisien. Artinya guru dapat merekayasa sistem pembelajaran yang dilaksanakan secara sistematis dan menjadikan proses pembelajaran sebagai pengalaman yang bermakna bagi siswa.
Untuk itu guru diharapka nmemiliki kemampuan untuk:
a. Memanfaatkan sumber belajar di lingkungannya secara optimal dalam proses pembelajaran.
b. berkreasi mengembangkan gagasan baru.
c. mengurangi kesenjangan pengetahuan yang diperoleh siswa dari sekolah dengan pengetahuan yang diperoleh dari masyarakat.
d. mempelajari relevansi dan keterkaitan mata pelajaran bidang ilmu dengan kebutuhan sehari-hari dalam masyarakat.
e. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku siswa secara bertahap dan utuh.
f. memberi kesempatan pada siswa untuk dapat berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuannya.
g. menerapkan prinsip-prinsip belajar aktif.

E. Penutup
Berdasarkan uraian yang dibahas dalam artikel ini, dapat disimpulkan beberapa hal yang berkaitan dengan pendekatan CBSA ( Cara Belajar Aktif Siswa ). Dimana dalam pendekatan belajar aktif bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimilki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa atau anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
Prinsip-prinsip pendekatan CBSA terdapat empat dimensi yakni dimensi subjek didik, dimensi guru, dimensi program dan dimensi situasi belajar-mengajar. Sedangkan dalam strategi pendekatan cara belajar siswa aktif terdapat lima poin pokok yaitu refleksi, pertanyaan siswa, rangkuman, pemetaan kognitif dan menuntut guru bekerja secara profesional.
Dengan demikian pendekatan CBSA diasumsikan sebagai pendekatan belajar yang efektif untuk dapat membentuk siswa sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai kemampuan untuk belajar mandiri sepanjang hayatnya, dan untuk membina profesionalisme guru.
Dengan berakhirnya artikel ini, penulis dapat menyarankan bahwa penerapan strategi pembelajaran melalui pendekatan CBSA hendaknya bisa diterapkan dan diaplikasikan oleh semua pendidik ketika melakukan proses pembelajaran terhadap siswa. Selain itu, penulis juga berharap adanya inovasi-inovasi dalam penerapan pendekatan CBSA dari pihak-pihak yang berkompeten khususnya tenaga pendidik agar pendekatan CBSA bisa menjadi salah satu strategi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa.
Penulis menyadari bahwa artikel ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis berharap adanya kritik dan saran dari pembaca serta pihak-pihak yang berkompeten agar artikel ini bisa menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Prasetya Joko Tri. 2005. SBM Strategi Belajar Mengajar untuk FakultasTarbiyah Komponen MKDK. Bandung: CV. Pustaka Setia
Sudjana, Nana. 1989.Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru

Thoifuri. 2007.Menjadi Guru Inisiator. Kudus : Media Group
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
http://www.lumoshine.blogspot.com/2010/11/cara-belajar-siswa-aktif-cbsa.htmldiakses pada tanggal 18 April 2014
http://www.hiasrofi.wordpress.com/2013/04/23/makalah-cbsa-cara-siswa-belajar-aktif diakses pada tanggal 18 April 2014

One thought on “PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN CBSA

Leave a comment